Dugaan Penganiayaan dan Salah Tangkap Oleh Oknum Satlantas Lambar Bergulir

LAMPUNG BARAT (ISN) – Dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh oknum anggota Satlantas Polres Lampung Barat terhadap Gunsu Septa, korban salah tangkap, warga Pekon Gunung Sugih Kecamatan Balikbukit terus bergulir.

Usai korban melapor ke Polres Lampung Barat pada 30 Januari 2020, dengan nomor laporan LP/6-B/I/2020/Polda Lampung/ Res Lambar/SPKT 30 Januari 2020, Kapolres AKBP Rachmat Tri Haryadi, Kamis (6/2/2020) mengatakan bahwa proses tetap berjalan.

“Yang jelas ini kan pelaporan sudah kita terima, sampai sejauh ini tetap kita proses. Terkait sudah sejauh mana silahkan hubungi kasat serse aja,” ucapnya ramah.

Gunsu Septa (korban) saat dikonfirmasi berharap dirinya mendapat keadilan dan proses hukum berjalan.

“Setahu saya sekarang sedang dalam proses, saya mau ini diproses secara hukum dan saya ingin mendapatkan keadilan,” ungkap Gunsu.

Kasatlantas Iptu Raphiq, dimintai keterangan mengenai persoalan tersebut mengaku sedang berada di polda.

Dia mengatakan, upaya pendekatan dengan keluarga sudah dilakukan. Bahkan sudah ada pertemuan dengan keluarga korban, tapi belum bisa diputuskan.

“Kita juga sudah meminta maaf mudah-mudahan ada upaya positif sehingga persoalan ini bisa selesai dengan baik,” ucapnya seraya berharap agar semua pihak menyikapi persoalan tersebut dengan kepala dingin.

Sementara Kasatreskrim AKP Made Silpa Yudiawan, saat ditelpon juga sedang berada di Polda Lampung. Dijelaskan, penanganan kasus tetap ditindaklanjuti, baik untuk penganiayaan yang masih dalam proses lidik.

Hasil visum dari rumah sakit, kalau sudah keluar dalam 1-2 hari ini nanti digelarkan. Untuk ITE (pencemaran nama baik), baru ambil keterangan sepintas dari korban, karena dalam laporan belum ada yang diajukan jadi saksi.

“Hari ini anggota saya masih melakukan introgasi lanjutan, dari hasil pemeriksaan nanti siapa yang diajukan jadi saksi nanti kita lakukan pemeriksaan,” tegas Made.

Kronologi kejadian salah tangkap terhadap korban Gunsu Septa tersebut terjadi pada 21 Desember 2019 lalu. Awalnya Gunsu berkendara dari Liwa (Lampung Barat) arah Pesisir Barat dengan menggunakan sepeda motor.

Saat di tengah perjalanan Gunsu melihat ada seorang perempuan yang sedang kehabisan bensin. Merasa kasihan Gunsu kemudian memberi perempuan tersebut sejumlah uang dan meminjami sepeda motor miliknya untuk membeli bensin.

Selang berapa lama usai perempuan itu berlalu, rombongan polisi dari Satlantas sekitar 6 orang tiba di lokasi, Gunsu langsung ditangkap dan diduga terjadi penganiyaan hingga menyebabkan korban pingsan.

Anggota Satlantas kemudian membawa Gunsu ke Polres untuk dimintai keterangan. Setelah diproses ternyata Gunsu tidak bersalah, sebab ternyata perempuan yang dibantu Gunsu diduga melarikan kendaraan milik teman laki-lakinya. Gunsu akhirnya diantar pulang oleh polisi.

Usai peristiwa itu, Gunsu merasa tidak ada penanganan dan proses yang jelas terhadap oknum anggota yang sudah melakukan kekerasan terhadap dirinya. Sehingga korban mengambil langkah untuk melapor ke Polres Lampung Barat.

Terpisah, Sai Batin Gedung Dalom Marga Liwa Pangeran Indrapati Cakranegara VII Muhammad Harya Ramdhoni, PhD, menyayangkan perlakuan oknum Satlantas yang semena-mena dengan memukuli salah seorang warganya tanpa alasan jelas.

“Saya sebagai pemimpin adat Marga Liwa menyayangkan perilaku zalim oknum aparat yang salah tangkap dan memukuli salahsatu warga kami yg bernama Gunsu Septa,” ujarnya.

Ramdhoni meminta kepada Kapolda Lampung Irjen Purwadi Arianto yang sudah diangkon muakhi oleh masyarakat Lampung Barat terutama Kerajaan Adat Kepaksian Pernong agar dapat membina anakbuahnya supaya dapat bersikap sopan di wilayah Paksi Pak dan Marga Liwa. Tidak menangkap seseorang tanpa surat izin dan tidak tebang pilih karena sikap-sikap arogansi oknum tersebut telah menciderai rasa keadilan rakyat setempat.

Pun Ramdhoni meminta kepada Kapolda Lampung agar dapat menertibkan oknum-oknum yang keblinger agar bersikap profesional dan menjunjung tinggi adab sebagai aparatur kepolisian yang ramah kepada masyarakat tanpa melihat perbedaan kelas sosial, suku, agama dan golongan.

“Masyarakat Liwa adalah masyarakat yang tahu sopan santun dan menjunjung tinggi etika serta piil. Jika aparat negara bertindak sopan maka masyarakat Lampung Barat jauh lebih sopan dan segan terhadap aparatur negara,” ujarnya.(rilis.id)

Loading