KEPALA BPBD Menghadapi Natal dan Tahun Baru, Lambar Siaga Bencana

LAMPUNG BARAT, (ISN) – Cuaca ekstrim dalam menghadapi Natal dan Tahun baru, Pemkab Lambar melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)  Lambar menyampaikan surat ke seluruh Kecamatan agar memerintahkan para peratin untuk siaga bencana dan mensiap siagakan tim satgas penanggulangan bencana di masing – masing pekon sebanyak 5 orang,
” BNPB mensiagakan perahu karet dan viber di 4 titik wisata, 1 unit perahu viber dan posko di wisata Danau Asam Suoh, kemudian 1 unit perahu karet di wisata Hamtebiu dan 1 unit perahu Viber di Danau Ranau serta 1 unit di lokasi wisata Arung Jeram Sumber Jaya” jelas kepala BPBD Maidar,SH,M.Si saat dikonfirmasi, Rabu (26/12)

Menurut data BNPB menunjukkan indeks resiko bencana Lampung Barat 214 artinya Lampung Barat masuk dalam kategori tinggi, dengan melaksanakan peningkatan kapasitas tata kelola terkait dengan penanganan bencana untuk mengurangi korban akibat bencana. Saat ini Lambar sedang mengalami peningkatan curah hujan sehingga menyebabkan adanya kerawanan bencana khususnya longsor,  oleh karena itu diperlukan kesiagaan di seluruh wilayah agar langkah antisipasi terhadap kedaruratan dapat segera diatasi.
Selanjutnya,  tujuan dilakukan siaga bencana tersebut adalah mengantisipasi terhadap wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata tersebut agar dapat terpantau dan meminimalisir tingkat bencana atau kecelakaan bagi pengunjung objek wisata tersebut. Kewaspadaan dan mitigasi bencana harus dilakukan untuk menimalisir terjadinya korban bencana, karena hingga kini belum ada teknologi yang bisa memastikan kapan gempa bumi muncul. Untuk itu masyarakat harus diberi pemahaman dan kesadaran untuk menghadapi potensi bencana alam.

Terakhir, Mitigasi bencana sangat penting untuk meningkatkan self assistance dalam menghadapi bencana. Pasalnya, kepastian tidak ada. Karena memang bukti dan data belum cukup lengkap untuk pastikan bencana akan terjadi, sejumlah lembaga terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah sudah memiliki peta daerah rawan bencana alam, gempa bumi, tsunami, puting beliung, dan longsor. Dari sanalah pemerintah dan masyarakat dapat memulai melakukan antispasi dan adaptasi dengan kondisi alam. (MDSNews)

Loading