Pembudidaya Ikan Patin di Lampung Timur Merugi

LAMPUNG TIMUR (KANDIDAT) – Puluhan pembudi daya ikan patin di Desa Kebun Damar, Kecamatan Mataram Baru, Kabur Lampung Timur merugi karena banyaknya ikan yang mati terserang penyakit sirip merah.

Diketahui di Desa Kebon Damar, Kecamatan Mataram Baru, mayoritas warganya adalah petani sawah, dan sebagian besar juga adalah pembudidaya ikan air tawar, seperti budidaya ikan lele, nila, dan patin.

Angka kematian ikan patin mencapai 50 persen lebih. Akibatnya, para pembudidaya tidak mampu meraih hasil panen, bahkan untuk mengembalikan modal saja tidak mungkin.

Slamet, warga Desa Kebon Damar, yang juga merupakan salah satu pembudidaya yang merugi, mengungkapkan bahwa penyebab angka kematian ikan tersebut karena penyakit Sirip Merah pada ikan patin.

“Terkena penyakit sirip merah, kemungkinan akibat perubahan cuaca dan turun hujan terus menerus,” ujar Slamet, Minggu (5/3/23).

Menurut Salmet, penyakit sirip merah pada ikan patin itu biasanya di alami ikan sejak usia 1 bulan hingga 3 bulan atau menjelang panen.

“Kalau sudah kena, ikan patin akan menggelepar lalu mengambang mati, ada warna kemerahan di bagian sirip ikan. Dalam sehari, setidaknya kita bisa dua kali membersihkan ikan yang telah mati mengambang itu,” terang Slamet.

Slamet mengatakan, tidak hanya lokasi kolamnya saja yang terkena wabah tersebut, melainkan terdapat 30 pembudidaya ikan patin lainya di Desa Kebon Damar, yang juga terkena.

“Tiga kali musim ini, pembudidaya ikan patin di Desa Kebon Damar merugi dan gulung tikar. Modalnya saja dapat pinjam dari Bank, kalau seperti ini bagaimana mau mengembalikan modalnya,” ucapnya.

Slamet menuturkan, lokasi kolam patin miliknya saat ini sebanyak 4 petak, dan berukuran 25×40 Meter. Persatu petaknya, ia isi dengan bibit ikan patin sebanyak 15 ribu ikan.

“Biayanya itu, per 10 ribu bibit ikan patin hingga persiapan pakannya membutuhkan modal sebesar 25 juta hingga 30 juta rupiah. Awal tahun ini kondisi paling kelam yang kami alami karena merugi,” pungkasnya. (*)

Loading