Merawat Tradisi, Sultan Skala Bekhak Anjau Silau ke Lamban Balak Kagungan Batin Pekon Sukamerna

TANGGAMUS (ISN) – Dalam rangka menjaga tali silaturahmi dan memperkokoh persatuan, Saibatin Kepaksian Pernong Anjau Silau (Silaturahmi) di Pekon Sukamernah, Kecamatan Gunung Alip, Tanggamus. Minggu (14/11/2021) lalu.

Anjau Silau merupakan kegiatan rutin pendekatan kekeluargaan yang bertujuan untuk menjalin silaturahmi mempererat hubungan kekeluargaan, Anjau Silau dalam bahasa Lampung berarti mengunjungi kerabat, sanak saudara, baik yang sedang kesusahan atau pun suka cita, saling mengunjungi dalam metode pendekatan Anjau Silau.

Sebagai seorang Pimpinan Adat di Kepaksian Pernong yang sifatnya mengayomi masyarakat adatnya serta membina kekerabatan dan kekeluargaan, kegiatan anjau silau ini sudah di implementasikan sejak Pangeran Edward Syah Pernong berstatus Putra Mahkota, lebih intents lagi ketika Pangeran Edward Syah Pernong dinobatkan dan memegang tahta Sebagai Sultan Kepaksian Pernong, dilanjutkan pada saat beliau menjabat sebagai Kapolda Lampung 2015 silam, Anjau Silau ini di gagas, di usung, dan di gaungkan sebagai program Polda Lampung.

Kepaksian Pernong merupakan salah satu dari 4 Paksi di Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, yang merupakan mata air/cikal bakal adat Saibatin di tanah Lampung.

Didalam adat Lampung Saibatin, mengutamakan sistem patrilenial, artinya anak keturunan laki-laki dan tertua yang memiliki hak kedudukan dan waris sesuai dengan tata titi aturan adat, dari generasi ke generasi turun temurun, sehingga anak ke 4, ke 5 dan seterusnya memakai metode Ngebujakh Mawat Micakh, artinya Keluar mencari penghidupan dengan membuka negeri baru di wilayah-wilayah, namun juga tidak memisahkan diri dari mana kelompok ini berasal.

Pada tahun 1933, pasca bencana alam gempa bumi di Sekala Brak (Lampung Barat),
Masyarakat Adat saat itu masing-masing dengan kelompok jukku/suku nya meminta perizinan kepada Saibatin Paksi, untuk keluar dari wilayah kerajaan mencari kehidupan yang lebih layak:
Ngebujakh mawat micakh adalah metode yang dipakai, diberikan izin oleh Saibatin Paksi kepada masyarakat adatnya yang Ngebujakh dengan catatan tidak memisahkan diri, artinya meskipun masyarakat adatnya sudah berada di wilayah-wilayah kepaksian, tapi tetap terikat dengan aturan adat dimana kelompok yang ngebujakh ini berasal.

Di Pekon Sukamernah, Kabupaten Tanggamus, di wilayah ini contohnya terdapat beberapa kelompok jukku/suku yang asalnya dari Kepaksian Pernong, mencari penghidupan baru, keluar dari Sekala Brak Pasca Gempa Bumi 1933.

Menjalin silaturahmi, merawat dan menjaga kekokohan utuh, PYM SPDB Pangeran Edward Syah Pernong, Sultan Sekala Brak Yang Di Pertuan Ke-23 menghadiri acara adat “Anjau Silau” di Pekon Sukamernah, Kabupaten Tanggamus, dengan Protap Kawal Saibatin yang dipimpin Panglima Alif Jaya, Wakil Panglima Pengitokh Alam Tanggamus, Wakil II PPA Pringsewu, Para Bahatur wilayah Tanggamus, Pagelaran, Pringsewu, didampingi Humas Hanggum Jejama dan Mulli Mekhanai Paksi (MMP).

Kedatangan Pangeran Edward Syah Pernong disambut antusias oleh masyarakat adat Pekon Sukamernah. Terdapat 15 Jamma balak ni Saibatin (Bangsawan Kerajaan) Raja Jukku dan yang bergelar Batin di wilayah ini.

Bertempat di Lamban Balak Kagungan Batin Sukamernah, Pada Acara tersebut PYM SPDB Pangeran Edward Syah Pernong dalam sambutannya menyampaikan kepada masyarakat adat,

“Saya sangat bangga kepada Masyarakat Adat Kepaksian Pernong yang ada di Sukamernah, kalian telah menunjukkan kesetiaan terdahap Saibatin, Guyub dan Bersatu dengan mengutamakan Tata Titi Adat, sehingga biarpun sudah berpuluh-puluh tahun ngebujakh meninggalkan Bumi Sekala Brak, namun masyarakat adat tetap memakai tata cara dan aturan aturan Adat yang ada di Sekala Brak, bukan tanpa sebab Masyarakat Adat di Sukamernah tetap Guyub Bersatu, karna kalian mengutamakan nilai nilai kebaikan, loyal, dan patuh terhadap pimpinan,” Ujar PYM SPDB.

Saya berharap agar semangat kekeluargaan di tengah pandemi Covid-19 ini tetap terjaga, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan (Prokes), Saya sengaja menyempatkan diri untuk datang langsung ke Sukamernah, berada di tengah etalase semangat kekeluargaan.

PYM SPDB juga menyampaikan manfaat silaturahmi, selain untuk menguatkan kedekatan batin satu dengan yang lain, juga mempermudah segala urusan, terlebih mendatangkan rejeki.

“Kita berharap keberkahan dari Allah SWT, dengan sunnah silaturahmi ini, Inshsa Allah kita akan terhindar dari segala penyakit,” doanya.

Sementara Muhammad Nufus adok Radin Pembina menyampaikan ucapan terimakasi atas terselenggaranya anjau silau ini untuk memperkokoh jalinan silaturahmi.

“Alhamdulillah acara anjau silau Paduka Yang Mulia SPDB Pangeran Edward Syah Pernong berjalan dengan lancar, kami seluruh masyarakat adat Kepaksian Pernong di Sukamernah antusias atas kedatangan beliau, karna beliau adalah Sai Batin Paksi artinya pimpinan tertinggi di Kepaksian kami, masyarakat adat disini sudah lama menantikan kehadiran beliau, karna didalam adat tentu ada tata laku, tata cara, aturan adat yang patut dan tidak patut dilakukan, maka dengan kedatangan beliau kami seluruh masyarakat adat di sukamernah meminta tunjuk tawai pembelajaran berkaitan dengan tata titi adat, alhamdulillah kami mendapatkan wejangan, pembelajaran dari beliau, acara berjalan lancar dengan penerapan prokes,” katanya.

Sementara disisi lain Hilman adok Raja Pattah dalam kesempatannya menyampaikan dan bertanya langsung kepada PYM SPDB Pangeran Edward Syah Pernong terkait beberapa fenomena kejanggalan yang terjadi akhir-akhir ini di ruang Lingkup Masyarakat Adat.

“ Tabik kilu mahap ngehaguk Paduka Yang Mulia, Sekindua mewakili minak muakhi sai wat di Sukamernah, Sekindua ngilu izin nyembukako papikha hal, nyin ya sikam khuppok mawat tedaya, mawat nyapang cempala, sekindua ngilu izin haga bupengulih.
1. Penjelasan Terkait alat pegang pakai di Sukamernah.
2. Penjelasan Terkait jabatan Perdana Menteri Kepaksian Pernong, karna dulu belum ada jabatan perdana menteri di Kepaksian Pernong.
3. Penjelasan terkait Penamaan nama Lamban di adat Saibatin. Karna sekarang sudah banyak yang menamakan nama lamban dengan Lamban Gedung/Gedung Dalom/ Lamban Gedung Kuning/ dan Lamban Gedung lainnya.
4. Penjelasan terkait petuturan yang patut dan tidak patut di pakai didalam adat” pungkasnya.

Pertanyaan tersebut langsung di jawab oleh PYM SPDB Pangeran Edward Syah Pernong.

“Agar kalian masyarat adat di Sukamernah ketahui, Alat Pegang Pakai yang boleh kalian pakai di dalam suatu upacara atau kegiatan yaitu 1 Payung Hijau untuk Raja, 1 Tombak dan 1 Pedang di Kanan Kiri, ” tegas DK 002 MAKN.

” Selanjutnya berkaitan dengan Jabatan Perdana Menteri di Kepaksian Pernong, dulu memang belum ada jabatan perdana menteri di Kepaksian Pernong, tetapi pada saat Patung Saibatin di Tanjung Karang di sahkan, Adinda Ike Edwin cukup pro aktif dalam kegiatan tersebut, sehingga yang semula adok adinda Ike Edwin dari Radin, saya naikkan menjadi Batin. Selanjutnya saya Naik Fungsikan menjadi Perdana Menteri untuk mendampingi kakak kandung nya yaitu Adinda Beni Anas yang memiliki kedudukan sebagai Pemapah Dalom. Berkaitan Dengan Penamaan nama Lamban, betul di adat Saibatin penyebutan Lamban Gedung atau Gedung Dalom itu hanya untuk Saibatin Paksi. Sedangkan perangkat dibawahnya memakai nama lamban juga seperti lamban bandung, lamban akkat zaman dan sebagainya, tetap tidak boleh memakai istilah Gedung didalam penamaan lamban karna dari dulu Lamban Gedung memang hanya untuk Saibatin Paksi,” terang beliau.

” Dan yang terakhir berkaitan dengan petuturan, kalian disini adalah pembesar adat, pembesar kerajaan yang ada di wilayah Sukamernah. Maka yang kalian pakai adalah petuturan yang harus di sesuaikan dari tempat dimana asal kalian, dari jukku/ suku mana kalian berasal, Terima Kasih Pertanyaan yang luar biasa, artinya kalian perduli terhadap adat, serta patuh pada tata titi yang berlaku, kunci nya adalah kesetiaan dan istiqomah, selama kesetiaan dan istiqomah dipegang teguh, maka Inshaa Allah kita masyarakat adat tetap kuat kokoh dan bersatu, hanya satu yang dapat membuat persatuan ini hancur, apabila kesetiaan mulai tergoncang , apabila kesetiaan menjadi pengkhianatan, apabila ingin merusak adat dan mengada-ada adat, agama pun mengajarkan Bid’ah itu adalah sebuah kesesatan yang dapat menghancurkan agama, begitu juga adat apabila sudah tidak setia, tidak istiqomah, dikarang-karang kebenarannya, dirusak, berkhianat dan melawan kepada pimpinan tentu akan merusak tatanan adat, dan perbuatan buruk itu tidak dapat ditoleransi, maka Istiqomah dan setia lah Masyarakat Adat, La Qaromatin Bi La Istiqomah, tidak mendapat kemuliaan bagi orang yang tidak istiqomah, mudah mudahan Allah meridhoi kita semua bersatu, guyub, taat dan patuh dalam payung Kepaksian Pernong,” tegas Mantan Kapolda Lampung ini. (*)

Loading